Sabtu, 13 September 2008

Peluang usaha pembuatan stiker digital

Peluang usaha pembuatan stiker digital


Menggambar Untung, Memotong Laba

Usaha pembuatan stiker dengan cara digital (cutting sticker) semakin menjamur. Modal yang dibutuhkan terbilang cukupan. Syarat utamanya: Anda harus jago mendesain dan menggambar.

Anda memiliki mobil atau sepeda motor? Jika ya, kemungkinan besar Anda pernah mendandani mobil atau motor Anda dengan aneka gambar tempel atawa stiker (sticker).

Maklum, semakin lama model stiker memang semakin unik dan menarik. Bukan cuma corak dan warnanya, desainnya pun semakin lama semakin menawan. Gambar atau tulisan yang rumit-rumit pun sekarang sudah bisa dibikin stiker.

Kemungkinan lain, mobil Anda pernah menjadi “korban” penempelan stiker oleh orang lain. Misalnya, ketika Anda sedang parkir di sebuah kebun binatang, mobil Anda ditempeli stiker yang menampilkan logo kebun binatang tersebut. Atau, begitu keluar dari bengkel, ternyata mobil Anda sudah “dihiasi” stiker yang mempromosikan bengkel tersebut.

Pertanyaannya: dari manakah asal stiker-stiker itu? Apakah para pedagang stiker atau bengkel-bengkel itu membuatnya sendiri? Ternyata tidak. Mereka tak perlu repot-repot membikin stiker sendiri. Mereka bisa memesan dari para pengusaha pembuat stiker; atau sering disebut pengusaha cutting sticker.

Tapi, jangan salah, para pengusaha ini bukan pengusaha kelas pabrikan, lo. Kelasnya juga bukan pengusaha stiker yang biasa mangkal di pinggir jalan itu. Para pengusaha cutting sticker itu biasanya memiliki tempat yang permanen. Selain itu, dalam membuat stiker mereka juga menggunakan teknologi dan peralatan yang modern.

Jika kita telusuri, ternyata hampir di setiap daerah usaha cutting sticker ini sedang marak. Salah satunya di bilangan Kebayoran Lama, Jakarta Selatan. Lewat bendera Oz Product, Fauzi sudah sepuluh tahun menggeluti usaha pembuatan stiker ini. Usahanya pun makin lama semakin tumbuh. Kini, dengan mempekerjakan lima karyawan, Fauzi sudah bisa meraup omzet sekitar Rp 15 juta setiap bulan.

Lain lagi pengalaman Murwanto. Melihat banyak pengendara sepeda motor yang mendandani tunggangannya dengan pernak-pernik stiker, ia pun jadi berketetapan hati untuk berbisnis cutting sticker. Ia kemudian mengubah haluan bisnis utamanya dari alarm motor ke cutting sticker. Walau baru berumur satu tahun, usaha Jogja Cutting Sticker milik Murwanto sekarang sudah bisa menghasilkan laba hingga Rp 5 juta per bulan.

Satu contoh pengusaha cutting sticker lainnya adalah Mansur, yang membuka gerai di bilangan Larangan, Ciledug. Begitu memperoleh modal dari sang kakak berupa bahan baku stiker, ia tak menyia-nyiakan peluang ini. Mansur kemudian menjajal peruntungan di bisnis cutting sticker ini lewat bendera Mega Warna.

Bisa belanja alat lewat internet

Nah, kalau Anda tertarik mengikuti jejak langkah ketiga pengusaha ini, ada beberapa tahap yang harus Anda lalui. Pertama-tama, tentu saja Anda harus mempersiapkan tempat usaha yang layak. Menurut Fauzi, ada baiknya Anda memilih lokasi yang strategis; terutama yang ramai dilalui kendaraan bermotor. “Tapi, kalau bisa cari lokasi yang belum ada pemain ini,” imbuhnya.

Murwanto punya pendapat yang sama soal lokasi usaha. Menurutnya, lokasi yang ramai mempercepat proses pengenalan gerai cutting sticker-nya. Maklum, Murwanto, juga Mansur dan Fauzi, tidak pernah melakukan promosi. “Saya menunggu pelanggan yang datang saja,” ujar Mansur. Tapi, ada syaratnya: “Pasang dong, papan reklame cutting stiker yang bisa dilihat orang,” tambahnya.

Ruang usaha yang diperlukan untuk usaha pembuatan ini tidaklah besar-besar amat. Lihat saja Murwanto yang hanya menempati ruang usaha satu lantai berukuran 3 m x 4 m di daerah Joglo, Jakarta Barat. “Saya ikut terjun bekerja dan hanya dibantu satu tenaga kerja saja,” katanya. Adapun Fauzi menggunakan ruangan yang lebih luas, yakni sekitar 5 m x 10 m. Fauzi membagi gerainya menjadi dua, yaitu ruang pelayanan dan ruang produksi.

Setelah tempat sudah oke, langkah berikutnya adalah membeli peralatan dan bahan baku.

Ini ada kaitannya dengan proses pengerjaan stiker. Asal tahu saja, proses pembuatan stiker -baik berupa gambar maupun tulisan- memerlukan beberapa tahap. Mula-mula Anda harus menuangkan ide atau gagasan pelanggan di dalam layar komputer. Maka, perangkat komputer sangat diperlukan dalam usaha ini. Komputer yang disarankan adalah yang sanggup mengoperasikan program-program desain semacam Freehand, Coreldraw, Adobe, serta program cutting sticker semacam Art Cut dan Casmate. “Saya beli komputer seharga Rp 6 juta tiga tahun lalu,” ungkap Mansur.

Selain komputer, Anda wajib memiliki alat yang menjadi nyawa usaha ini, yakni alat pemotong stiker (sticker cutting machine). Fungsi alat ini adalah untuk memotong stiker sesuai dengan apa yang telah dibentuk di komputer. Harga alat ini lumayan mahal, yaitu antara Rp 15 juta hingga Rp 40 juta per buah; tergantung dari jenis dan mereknya.

Uniknya, para pengusaha cutting sticker biasanya memiliki cara sendiri untuk memperoleh alat pemotong stiker tersebut. Misalnya, Murwanto membeli mesin pemotong stiker bermerek Suda (Taiwan) secara online di internet. “Tinggal browsing di internet saja, banyak kok yang jual alat pemotong stiker ini,” ujarnya. Selain Suda, Murwanto menggunakan alat bermerek Graphtech yang ia beli dari seorang temannya.

Total modal bisa sampai Rp 80 juta

Selain peralatan, usaha cutting sticker juga membutuhkan bahan baku utama berupa bahan stiker polos. Cukup mudah mendapatkan stiker ini. Anda bisa membelinya di bilangan Mangga Dua atau langsung menghubungi para dealer merek-merek stiker ternama; seperti 3M, Aslan, Oracal, Kiwalite, dan lain-lain. “Saya sarankan pilih yang impor. Walau agak mahal, tapi kualitasnya lebih bagus,” kata Murwanto.

Soal warna, ada baiknya Anda memilih stiker berwarna dasar saja. Biasanya, warna-warna ini yang paling banyak dicari orang. Sedangkan varian warna selain warna dasar hanya sebagai pelengkap saja. Yang penting sediakan jenis stiker yang komplet; mulai dari jenis yang bersinar (scotlite), warna lembut, mengkilap (glossy), dan transparan.

Anda juga harus memiliki perlengkapan penunjang kerja lainnya. Misalnya, kamera digital, scanner, mesin pencetak (printer), hingga perkakas cutting sticker semisal gunting, pinset, selotip transparan, dan lain-lain. Semua alat ini diperlukan sebagai penunjang Anda bekerja dan berkreasi.

Jika semua peralatan tersebut lengkap, Anda harus mengeluarkan anggaran kurang lebih Rp 70 juta-Rp 80 juta sebagai modal awal. Tapi, ada satu modal lagi yang tak boleh ketinggalan, yakni penguasaan komputer, teknik gambar, dan teknik desain. Asal tahu saja, ketiga pemain cutting sticker tadi memang punya hobi yang sama, yakni doyan melukis. Sudah begitu, Anda juga harus terus-menerus mengasah keterampilan Anda dan mencari ide-ide desain terbaru. Singkat kata, Anda harus kreatif.

Walau pemain sudah mulai bermunculan, menurut Fauzi, usia bisnis ini bisa bertahan hingga lima tahun ke depan. Memang tidak terlalu lama. Pasalnya, menurut Murwanto, sekarang sudah muncul pesaing serius yang mengancam pasar cutting sticker. Mereka tak lain adalah usaha percetakan digital (digital printing). “Sudah begitu, yang bermain adalah para pemodal yang lumayan besar,” ujarnya. Nah, siapkan Anda bersaing dengan mereka?

3 komentar:

Dr. Com mengatakan...

saya pengen usaha stiker tranparan yang digunakan di handphone,tau ngk gmanay caranya

My Love_dewi mengatakan...

dear mas kurniawan..

kbtulan aq pngen usaha sticker jg, tpi tuk peroleh bahan bakuny di mana ya? khususnya tuk sticker transparan handphone..
mohon informasinya..

diens mengatakan...

Ini salah satu peluang usaha yg baik gan..